Tawan, Sang Iron Man Dari Bali



Nama Tawan belakangan ini memang sedang naik daun. Beberapa media bahkan menyematkan istilah ‘Iron Man’ untuknya. Sejak ‘lengan robot’-nya dimuat media massa lokal, saya sudah berniat melihat langsung kehebohan yang muncul dengan mendatangi rumah Wayan Sumardana atau akrab dipanggil Tawan.

Desa Nyuh Tebel bisa dibilang sebagai desa yang cukup baik tingkat perekonomiannya. Terbukti jalan masuk ke desa sudah beraspal dan akses serta fasilitas wisata sangat menunjang kehidupan perekonomian desa, dengan didukung pertanian dan perdagangan tentunya.

Perjalanan menuju Desa Nyuh Tebel, Manggis Karangasem, terbilang mudah walaupun cukup jauh. Berangkat pukul 10.18, Pertigaan Desa Nyuh Tebel sudah terlihat tak jauh dari pantai. Dua menit setelah melewati pertigaan tadi, saya sudah tiba di rumah merangkap bengkel las milik Bli Tawan sekitar pukul 11.40 WITA. Saat tiba di sana, saya melihat sebuah rumah bertembok papan seng dan beralaskan tanah. Tempat tinggal itu sama sekali tidak mampu menghalau terik matahari atau pun menahan guyuran air hujan. Di sana-sini tergeletak banyak barang rongsokan dan timbunan botol plastik bekas. Persis seperti lapak-lapak pemulung sampah pada umumnya.
Barang-barang bekas yang murah dan hanya dibeli tidak lebih dari 100 ribu rupiah dijadikan komponen pendukung lengan bionik tersebut. Yang paling mahal dan menjadikan inti dari lengan tersebut adalah harga mesin semacam Polygraph atau Lie Detector. Orang biasa menyebutnya mesin pendeteksi kebohongan. Jadi selama ini di beberapa media menyebut bahwa sebelumnya Bli Tawan mengklaim sumber penggerak yang berasal dari sensor syaraf dengan system EEG (Electro Encephalo Gram )

Ada 4 sensor yang dipasang ke lengan kiri dan 6 sensor system polygraph yang dipasang ke kepala Bli Tawan. Ini terkadang membuat Bli Tawan sedikit pusing. Karena seharian harus berpikir sesuatu yang berbeda dengan kenyataan yang dirasakan.

Bukan EEG yang disebut sebagai pemicu gerakan lengan mekanik Bli Tawan ini. Melainkan sistem kerja mesin pendeteksi kebohongan (lie detector) yang dihubungkan ke rangkaian penggerak lengan robot. Dan benar-benar sederhana system mekanisme alat bantu lengan milik Bli Tawan ini. Untuk pengisi daya saja, Bli Tawan memakai batere lithium (li-ion) dari bekas handphone untuk sensor di kepala. Dan accu kering untuk pengisi daya gear motor yang berada di lengan.

Ekspektasi atau bayangan yang terjadi pada awak media dan juga beberapa kalangan memang kelihatannya terlalu tinggi. Jangan membayangkan kalau Bli Tawan menciptakan teknologi seperti yang ada di film IronMan. Lengan mekanis ini bekerja dengan system sederhana. Juga bukan tipuan atau Hoax seperti yang digembar-gemborkan kebanyakan orang.

Polemik yang berkembang dan terjadi pada netizen sebenarnya bisa dijadikan sebuah sudut pandang baru. Ketika ada orang lemah papa , bisa bangkit dan berinovasi, ia masih dianggap pseudosains maka satu-satunya jalan adalah “langsung datang kepada yang bersangkutan”, langsung verifikasi dan coba sendiri alat tersebut. Bila Bli Tawan mengungkapkan kalau ini hanya bisa bekerja untuk pikirannya sendiri, maka hargailah pemikiran itu. Ini adalah anugerah bagi nilai kemanusiaan. Anugerah untuk bangkitnya manusia dari keterpurukan. Nilai “selalu ada jalan dari setiap masalah” akan berdentum dan membantu manusia lain yang mengalami nasib yang sama.

 Sumber : Kompasiana



 

























Comments